MAKALAH SENI BUDAYA
“ LAGU DAERAH, LAGU MODREN DAN ALAT MUSIK
TRADISIONAL, ALAT MUSIK MODREN “
Nama Kelompok :
1.
Siti
Munawaroh
2.
Dewi
Anisah
3.
Afifatun
Istiana
4.
Eri
Harianto
5.
Fajar
Handika
6.
Salahudin
Al Ayubi
7.
Sigit
Sugianto
YAYASAN NU BAHRUL ULUM
JL.RAYA PELEMWATU NO. 09 MENGANTI-GRESIK
TAHUN PELAJARAN 2013-2014
1.
Cublak-Cublak
Suweng Dari Jawa Timur
Cublak-cublak suweng
suwenge ting gelenter
Mambu ketudhung gudhel
Pak Gempong lera lere
Sapa ngguyu ndelikake
Sir sir pong dele gosong
Sir sir pong dele gosong
suwenge ting gelenter
Mambu ketudhung gudhel
Pak Gempong lera lere
Sapa ngguyu ndelikake
Sir sir pong dele gosong
Sir sir pong dele gosong
- – - – - – — – - – -
Cublak-cublak suweng
suwenge ting gelenter
Mambu ketudhung gudhel
Pak Gempong lera lere
Sapa ngguyu ndelikake
Sir sir pong dele gosong
Sir sir pong dele gosong
suwenge ting gelenter
Mambu ketudhung gudhel
Pak Gempong lera lere
Sapa ngguyu ndelikake
Sir sir pong dele gosong
Sir sir pong dele gosong
- – - – — - -
Cublak-cublak suweng
suwenge ting gelenter
Mambu ketudhung gudhel
Pak Gempong lera lere
Sapa ngguyu ndelikake
Sir sir pong dele gosong
Sir sir pong dele gosong
suwenge ting gelenter
Mambu ketudhung gudhel
Pak Gempong lera lere
Sapa ngguyu ndelikake
Sir sir pong dele gosong
Sir sir pong dele gosong
- – - – — – - -
Cublak-cublak suweng
suwenge ting gelenter
Mambu ketudhung gudhel
Pak Gempong lera lere
Sapa ngguyu ndelikake
Sir sir pong dele gosong
Sir sir pong dele gosong
suwenge ting gelenter
Mambu ketudhung gudhel
Pak Gempong lera lere
Sapa ngguyu ndelikake
Sir sir pong dele gosong
Sir sir pong dele gosong
- – - – — -
Cublak-cublak suweng
suwenge ting gelenter
Mambu ketudhung gudhel
Pak Gempong lera lere
Sapa ngguyu ndelikake
Sir sir pong dele gosong
Sir sir pong dele gosong
suwenge ting gelenter
Mambu ketudhung gudhel
Pak Gempong lera lere
Sapa ngguyu ndelikake
Sir sir pong dele gosong
Sir sir pong dele gosong
2.
Ampar-Ampar
Pisang Dari Kalimantan Selatan
Ampar ampar
pisang
Pisangku balum masak
Masak sabigi dihurung bari-bari
Masak sabigi dihurung bari-bari
Mangga lepak mangga lepok
Patah kayu bengkok
Bengkok dimakan api
apinya canculupan
Patah kayu bengkok
Bengkok dimakan api
apinya canculupan
Jari kaki sintak dahuluakan masak
Pisangku balum masak
Masak sabigi dihurung bari-bari
Masak sabigi dihurung bari-bari
Mangga lepak mangga lepok
Patah kayu bengkok
Bengkok dimakan api
apinya canculupan
Patah kayu bengkok
Bengkok dimakan api
apinya canculupan
Jari kaki sintak dahuluakan masak
Ampar ampar
pisang
Pisangku balum masak
Masak sabigi dihurung bari-bari
Masak sabigi dihurung bari-bari
Pisangku balum masak
Masak sabigi dihurung bari-bari
Masak sabigi dihurung bari-bari
Mangga ricak mangga
ricak
Patah kayu bengkok
Tanduk sapi tanduk sapi kulibir bawang
Nang mana batis kutung dikitip bidawang
Patah kayu bengkok
Tanduk sapi tanduk sapi kulibir bawang
Nang mana batis kutung dikitip bidawang
3.
Gambang
Suling Dari Jawa Tengah
Gambang suling ngumandang swarane
Tulat tulit kepenak unine
Unine mung nrenyuh ake
Barengan lan kentrung ketipung suling
Sigrak kendangane
Tulat tulit kepenak unine
Unine mung nrenyuh ake
Barengan lan kentrung ketipung suling
Sigrak kendangane
- – - – - – - – - – -
Gambang suling ngumandang swarane
Tulat tulit kepenak unine
Unine mung nrenyuh ake
Barengan lan kentrung ketipung suling
Sigrak kendangane
Tulat tulit kepenak unine
Unine mung nrenyuh ake
Barengan lan kentrung ketipung suling
Sigrak kendangane
- – - – - – - – -
Gambang suling ngumandang swarane
Tulat tulit kepenak unine
Unine mung nrenyuh ake
Barengan lan kentrung ketipung suling
Sigrak kendangane
Tulat tulit kepenak unine
Unine mung nrenyuh ake
Barengan lan kentrung ketipung suling
Sigrak kendangane
B.
LAGU MODREN
1.
Bila
Tiba Dari Ungu
Saat
tiba nafas di ujung hela
Mata
tinggi tak sanggup bicara
Mulut
terkunci tanpa suara
Bila tiba saat berganti dunia
Alam
yang sangat jauh berbeda
Siapkah
kita menjawab semua
Pertanyaan
Bila
nafas akhir berhenti sudah
Jatung
hatipun tak berdaya
Hanya
menangis tanpa suara
Mati tak
bisa untuk kau hindari
Tak
mungkin bisa engkau lari
Ajalmu
pasti menghampiri
Mati
tinggal menunggu saat nanti
Kemana
kita bisa lari
Kita
pastikan mengalami
Mati
Mati tak
bisa untuk kau hindari
Tak
mungkin bisa engkau lari
Ajalmu
pasti menghampiri
Mati
tinggal menunggu saat nanti
Kemana kita bisa lari
Kita pastikan mengalami
Mati
2. Sahabat Dari Tiffani
Ketika aku berduka
Kau selalu ada memeluk lukaku
Di saat ku butuh teman
Yang mengertiku, bahagiakanku
Kau selalu ada memeluk lukaku
Di saat ku butuh teman
Yang mengertiku, bahagiakanku
Telah banyak cerita yang kita
lalui
Menangis bersama dan tertawa
Jarak di antara kita tak lagi bermakna
Engkau sahabatku selamanya
Menangis bersama dan tertawa
Jarak di antara kita tak lagi bermakna
Engkau sahabatku selamanya
Sahabat kau bagai bintang
Hiasi malam dengan indah terangmu
Sahabat kau takkan hilang
Walau kau jauh tapi dekat hatiku
Hiasi malam dengan indah terangmu
Sahabat kau takkan hilang
Walau kau jauh tapi dekat hatiku
Telah banyak cerita yang kita
lalui
Menangis bersama dan tertawa
Jarak di antara kita tak lagi bermakna
Engkau sahabatku selamanya
Menangis bersama dan tertawa
Jarak di antara kita tak lagi bermakna
Engkau sahabatku selamanya
Sahabat kau bagai bintang
Hiasi malam dengan indah terangmu
Sahabat kau takkan hilang
Walau kau jauh tapi dekat hatiku
Hiasi malam dengan indah terangmu
Sahabat kau takkan hilang
Walau kau jauh tapi dekat hatiku
Huuu dekat hatiku
3. Mulai Berjalan Dari Juicy Luicy
Hapus sesal kau
lakukan
Dan mulai
berjalanlah kawan
Hentikan
tangismu
Tebarkan
bahagiamu
Dan jangan
risaukan
Hidup adalah
rintangan
Tak perlu kau
takutkan
Hadapi dengan
senyuman
Dan nanti semoga kelak kau rasakan
Hidup penuh
senyum bahagia
Inginmu...
Dan nanti smoga
kelak kau dapatkan
Adanya wujud
hayal yang kau tunggu
Tinggalkan
buruk lakumu
Dan mulailah
hidup baik barumu
Indah kan kau
rasakan
Bahagia kau
dapatkan
Mari bernyanyi
Dengarlah lagu
kami ini
Mari menari
Lupakan sakit
di hati
Dan nanti smoga
kelak kau rasakan
Hidup penuh
senyum bahagia
Inginmu...
Dan nanti smoga
kelak kau lakukan
Ubah semua
lebih baik untukmu
Dan waktu kan
terus berlalu
Takkan bisa
lagi kan menunggu
Dan nanti smoga
kelak kau rasakan
Hidup penuh
senyum bahagia
Inginmu...
Dan nanti smoga
kelak kau dapatkan
Adanya wujud
hayal yang kau tunggu
Dan nanti smoga
kelak kau rasakan
Hidup penuh
senyum bahagia
Inginmu...
Dan nanti smoga
kelak kau dapatkan
Adanya wujud
hayal yang kau tunggu
Dan nanti
semoga kelak kau dapatkan kehidupanmu
Hidup penuh
senyum bahagia
Inginmu...
Dan nanti semoga kelak kau lakukan
Ubah semua
lebih baik untukmu
A.
ALAT MUSIK TRADISIONAL
1. Gamelan
Gamelan
adalah ensembel musik yang biasanya menonjolkan metalofon,
gambang, gendang, dan gong. Istilah gamelan merujuk pada instrumennya /
alatnya, yang mana merupakan satu kesatuan utuh yang diwujudkan dan dibunyikan
bersama. Kata Gamelan sendiri berasal dari bahasa Jawa gamel yang
berarti memukul / menabuh, diikuti akhiran an yang menjadikannya kata benda.
Orkes gamelan kebanyakan terdapat di pulau Jawa, Madura,
Bali, dan Lombok di Indonesia
dalam berbagai jenis ukuran dan bentuk ensembel. Di Bali dan Lombok saat ini,
dan di Jawa lewat abad ke-18, istilah gong lebih dianggap
sinonim dengan gamelan.
Kemunculan gamelan didahului dengan
budaya Hindu-Budha yang
mendominasi Indonesia
pada awal masa pencatatan sejarah, yang juga mewakili seni asli indonesia.
Instrumennya dikembangkan hingga bentuknya sampai seperti sekarang ini pada
zaman Kerajaan Majapahit. Dalam perbedaannya dengan musik India,
satu-satunya dampak ke-India-an dalam musik gamelan adalah bagaimana cara
menyanikannya. Dalam mitologi Jawa, gamelan dicipatakan oleh Sang Hyang Guru
pada Era Saka, dewa yang menguasai seluruh tanah Jawa, dengan istana di gunung
Mahendra di Medangkamulan (sekarang Gunung Lawu).
Sang Hyang Guru pertama-tama menciptakan gong untuk memanggil para dewa. Untuk
pesan yang lebih spesifik kemudian menciptakan dua gong, lalu akhirnya
terbentuk set gamelan.[rujukan?]
Gambaran tentang alat musik ensembel
pertama ditemukan di Candi Borobudur, Magelang Jawa Tengah,
yang telah berdiri sejak abad ke-8. Alat musik semisal suling bambu, lonceng,
kendhang dalam berbagai ukuran, kecapi, alat musik berdawai yang digesek dan
dipetik, ditemukan dalam relief tersebut. Namun, sedikit ditemukan elemen alat musik
logamnya. Bagaimanapun, relief tentang alat musik tersebut dikatakan sebagai
asal mula gamelan.
Penalaan dan pembuatan orkes gamelan
adalah suatu proses yang kompleks. Gamelan menggunakan empat cara penalaan, yaitu sléndro, pélog,
"Degung" (khusus daerah Sunda, atau Jawa Barat),
dan "madenda" (juga dikenal sebagai diatonis, sama seperti skala minor
asli yang banyak dipakai di Eropa.
Musik Gamelan merupakan gabungan
pengaruh seni luar negeri yang beraneka ragam. Kaitan not nada dari Cina,
instrumen musik dari Asia Tenggara, drum band dan gerakkan musik dari India,
bowed string dari daerah Timur Tengah, bahkan style militer Eropa yang kita
dengar pada musik tradisional Jawa dan Bali sekarang ini.
Interaksi komponen yang sarat dengan
melodi, irama dan warna suara mempertahankan kejayaan musik orkes gamelan Bali.
Pilar-pilar musik ini menyatukan berbagai karakter komunitas pedesaan Bali yang
menjadi tatanan musik khas yang merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan
dari kehidupan sehari-hari.
Namun saat ini gamelan masih
digunakan pada acara-acara resmi seperti pernikahan, syukuran, dan lain-lain.
tetapi pada saat ini, gamelan hanya digunakan mayoritas masyarakat Jawa,
khususnya Jawa Tengah.
2.
Angklung
Angklung adalah alat musik multitonal
(bernada ganda) yang secara tradisional berkembang dalam masyarakat berbahasa Sunda di Pulau Jawa bagian
barat. Alat musik ini dibuat dari bambu, dibunyikan dengan cara digoyangkan (bunyi disebabkan
oleh benturan badan pipa bambu) sehingga menghasilkan bunyi yang bergetar dalam
susunan nada 2, 3, sampai 4 nada dalam setiap ukuran, baik besar maupun kecil.
Dictionary of the Sunda Language karya Jonathan Rigg, yang diterbitkan pada
tahun 1862 di Batavia, menuliskan bahwa angklung adalah alat musik yang terbuat
dari pipa-pipa bambu, yang dipotong ujung-ujungnya, menyerupai pipa-pipa dalam
suatu organ, dan diikat bersama dalam suatu bingkai, digetarkan untuk
menghasilkan bunyi. Angklung terdaftar sebagai Karya Agung Warisan Budaya Lisan dan
Nonbendawi Manusia dari UNESCO sejak November 2010.
v Asal-usul
Anak-anak Jawa Barat bermain
angklung di awal abad ke-20.
Tidak ada petunjuk sejak kapan angklung digunakan,
tetapi diduga bentuk primitifnya telah digunakan dalam kultur Neolitikum yang
berkembang di Nusantara sampai awal penanggalan modern, sehingga angklung
merupakan bagian dari relik pra-Hinduisme dalam kebudayaan Nusantara.
Catatan mengenai angklung baru muncul merujuk pada
masa Kerajaan
Sunda (abad ke-12
sampai abad ke-16). Asal usul terciptanya musik bambu, seperti angklung
berdasarkan pandangan hidup masyarakat Sunda yang agraris dengan sumber
kehidupan dari padi (pare) sebagai makanan pokoknya. Hal ini melahirkan mitos
kepercayaan terhadap Nyai Sri Pohaci sebagai lambang Dewi Padi pemberi
kehidupan (hirup-hurip). Masyarakat Baduy, yang dianggap sebagai sisa-sisa masyarakat Sunda
asli, menerapkan angklung sebagai bagian dari ritual mengawali penanaman padi. Permainan angklung gubrag di Jasinga, Bogor, adalah salah satu yang masih hidup sejak lebih dari
400 tahun lampau. Kemunculannya berawal dari ritus padi. Angklung diciptakan
dan dimainkan untuk memikat Dewi Sri turun ke
bumi agar tanaman padi rakyat tumbuh subur.
Jenis bambu yang biasa digunakan sebagai alat musik
tersebut adalah bambu hitam (awi wulung) dan bambu putih (awi temen).
Tiap nada (laras) dihasilkan dari bunyi tabung bambunya yang berbentuk bilah
(wilahan) setiap ruas bambu dari ukuran kecil hingga besar.
Dikenal oleh masyarakat sunda sejak masa kerajaan
Sunda, di
antaranya sebagai penggugah semangat dalam pertempuran. Fungsi angklung sebagai
pemompa semangat rakyat masih terus terasa sampai pada masa penjajahan, itu sebabnya
pemerintah Hindia Belanda sempat
melarang masyarakat menggunakan angklung, pelarangan itu sempat membuat
popularitas angklung menurun dan hanya di mainkan oleh anak- anak pada waktu
itu.[rujukan?]
Selanjutnya lagu-lagu persembahan terhadap Dewi Sri tersebut
disertai dengan pengiring bunyi tabuh yang terbuat dari batang-batang bambu
yang dikemas sederhana yang kemudian lahirlah struktur alat musik bambu yang
kita kenal sekarang bernama angklung. Demikian pula pada saat pesta panen dan
seren taun dipersembahkan permainan angklung. Terutama pada penyajian Angklung
yang berkaitan dengan upacara padi, kesenian ini menjadi sebuah pertunjukan
yang sifatnya arak-arakan atau helaran, bahkan di sebagian tempat menjadi
iring-iringan Rengkong dan Dongdang serta Jampana (usungan pangan) dan
sebagainya.
Dalam perkembangannya, angklung berkembang dan
menyebar ke seantero Jawa, lalu ke Kalimantan dan Sumatera. Pada 1908 tercatat sebuah misi kebudayaan
dari Indonesia ke Thailand, antara
lain ditandai penyerahan angklung, lalu permainan musik bambu ini pun sempat
menyebar di sana.
Bahkan, sejak 1966, Udjo Ngalagena —tokoh
angklung yang mengembangkan teknik permainan berdasarkan laras-laras pelog,
salendro, dan madenda— mulai mengajarkan bagaimana bermain angklung kepada
banyak orang dari berbagai komunitas.
v
Jenis Angklung
¯
Angklung Kanekes
Angklung di daerah Kanekes (kita sering menyebut
mereka orang Baduy) digunakan
terutama karena hubungannya dengan ritus padi, bukan semata-mata untuk hiburan
orang-orang. Angklung digunakan atau dibunyikan ketika mereka menanam padi di
huma (ladang). Menabuh angklung ketika menanam padi ada yang hanya dibunyikan
bebas (dikurulungkeun), terutama di Kajeroan (Tangtu; Baduy Jero), dan ada yang
dengan ritmis tertentu, yaitu di Kaluaran (Baduy Luar). Meski demikian, masih
bisa ditampilkan di luar ritus padi tetapi tetap mempunyai aturan, misalnya
hanya boleh ditabuh hingga masa ngubaran pare (mengobati padi), sekitar tiga
bulan dari sejak ditanamnya padi. Setelah itu, selama enam bulan berikutnya
semua kesenian tidak boleh dimainkan, dan boleh dimainkan lagi pada musim
menanam padi berikutnya. Menutup angklung dilaksanakan dengan acara yang
disebut musungkeun angklung, yaitu nitipkeun (menitipkan, menyimpan) angklung
setelah dipakai.
Dalam sajian hiburan, Angklung biasanya diadakan saat
terang bulan dan tidak hujan. Mereka memainkan angklung di buruan
(halaman luas di pedesaan) sambil menyanyikan bermacam-macam lagu, antara lain:
Lutung Kasarung, Yandu Bibi, Yandu Sala, Ceuk Arileu,
Oray-orayan, Dengdang, Yari Gandang, Oyong-oyong
Bangkong, Badan Kula, Kokoloyoran, Ayun-ayunan, Pileuleuyan,
Gandrung Manggu, Rujak Gadung, Mulung Muncang, Giler,
Ngaranggeong, Aceukna, Marengo, Salak Sadapur, Rangda
Ngendong, Celementre, Keupat Reundang, Papacangan, dan
Culadi Dengdang. Para penabuh angklung sebanyak delapan orang dan tiga
penabuh bedug ukuran kecil membuat posisi berdiri sambil berjalan dalam formasi
lingkaran. Sementara itu yang lainnya ada yang ngalage (menari) dengan gerakan
tertentu yang telah baku tetapi sederhana. Semuanya dilakukan hanya oleh
laki-laki. Hal ini berbeda dengan masyarakat Daduy Dalam, mereka dibatasi oleh
adat dengan berbagai aturan pamali (pantangan; tabu), tidak boleh melakukan
hal-hal kesenangan duniawi yang berlebihan. Kesenian semata-mata dilakukan
untuk keperluan ritual.
Nama-nama angklung di Kanekes dari yang terbesar
adalah: indung, ringkung, dongdong, gunjing, engklok, indung leutik, torolok,
dan roel. Roel yang terdiri dari 2 buah angklung dipegang oleh seorang.
Nama-nama bedug dari yang terpanjang adalah: bedug, talingtit, dan ketuk.
Penggunaan instrumen bedug terdapat perbedaan, yaitu di kampung-kampung
Kaluaran mereka memakai bedug sebanyak 3 buah. Di Kajeroan; kampung Cikeusik,
hanya menggunakan bedug dan talingtit, tanpa ketuk. Di Kajeroan, kampung Cibeo,
hanya menggunakan bedug, tanpa talingtit dan ketuk.
Di Kanekes yang berhak membuat angklung adalah orang
Kajeroan (Tangtu; Baduy Jero). Kajeroan terdiri dari 3 kampung, yaitu Cibeo,
Cikartawana, dan Cikeusik. Di ketiga kampung ini tidak semua orang bisa
membuatnya, hanya yang punya keturunan dan berhak saja yang mengerjakannya di
samping adanya syarat-syarat ritual. Pembuat angklung di Cikeusik yang terkenal
adalah Ayah Amir (59), dan di Cikartawana Ayah Tarnah. Orang Kaluaran membeli
dari orang Kajeroan di tiga kampung tersebut.
¯
Angklung Dogdog Lojor
Kesenian dogdog lojor terdapat di masyarakat Kasepuhan Pancer Pangawinan atau
kesatuan adat Banten Kidul yang tersebar di sekitar Gunung
Halimun (berbatasan dengan jakarta, Bogor, dan Lebak). Meski
kesenian ini dinamakan dogdog lojor, yaitu nama salah satu instrumen di
dalamnya, tetapi di sana juga digunakan angklung karena kaitannya dengan acara
ritual padi. Setahun sekali, setelah panen seluruh masyarakat mengadakan acara
Serah Taun atau Seren Taun di pusat kampung adat. Pusat kampung adat sebagai
tempat kediaman kokolot (sesepuh) tempatnya selalu berpindah-pindah sesuai
petunjuk gaib.
Tradisi penghormatan padi pada masyarakat ini masih
dilaksanakan karena mereka termasuk masyarakat yang masih memegang teguh adat
lama. Secara tradisi mereka mengaku sebagai keturunan para pejabat dan prajurit
keraton Pajajaran dalam baresan Pangawinan (prajurit bertombak). Masyarakat
Kasepuhan ini telah menganut agama Islam dan agak terbuka akan pengaruh
modernisasi, serta hal-hal hiburan kesenangan duniawi bisa dinikmatinya. Sikap
ini berpengaruh pula dalam dalam hal fungsi kesenian yang sejak sekitar tahun
1970-an, dogdog lojor telah mengalami perkembangan, yaitu digunakan untuk
memeriahkan khitanan anak, perkawinan, dan acara kemeriahan lainnya. Instrumen
yang digunakan dalam kesenian dogdog lojor adalah 2 buah dogdog lojor dan 4
buah angklung besar. Keempat buah angklung ini mempunyai nama, yang terbesar
dinamakan gonggong, kemudian panembal, kingking, dan inclok. Tiap instrumen
dimainkan oleh seorang, sehingga semuanya berjumlah enam orang.
Lagu-lagu dogdog lojor di antaranya Bale Agung,
Samping Hideung, Oleng-oleng Papanganten, Si Tunggul Kawung,
Adulilang, dan Adu-aduan. Lagu-lagu ini berupa vokal dengan
ritmis dogdog dan angklung cenderung tetap.
¯
Angklung Gubrag
Angklung gubrag terdapat di kampung Cipining,
kecamatan Cigudeg, Bogor. Angklung ini telah berusia tua dan digunakan untuk
menghormati dewi padi dalam kegiatan melak pare (menanam padi), ngunjal pare
(mengangkut padi), dan ngadiukeun (menempatkan) ke leuit (lumbung).
Dalam mitosnya angklung gubrag mulai ada ketika suatu
masa kampung Cipining mengalami musim paceklik.
¯
Angklung Badeng
Badeng merupakan jenis kesenian yang menekankan segi
musikal dengan angklung sebagai alat musiknya yang utama. Badeng terdapat di
Desa Sanding, Kecamatan Malangbong, Garut. Dulu berfungsi sebagai hiburan untuk kepentingan
dakwah Islam. Tetapi
diduga badeng telah digunakan masyarakat sejak lama dari masa sebelum Islam
untuk acara-acara yang berhubungan dengan ritual penanaman padi. Sebagai seni
untuk dakwah badeng dipercaya berkembang sejak Islam menyebar di daerah ini
sekitar abad ke-16 atau 17. Pada masa itu penduduk Sanding, Arpaen dan Nursaen,
belajar agama Islam ke kerajaan Demak. Setelah
pulang dari Demak mereka berdakwah menyebarkan agama Islam. Salah satu sarana
penyebaran Islam yang digunakannya adalah dengan kesenian badeng.
Angklung yang digunakan sebanyak sembilan buah, yaitu
2 angklung roel, 1 angklung kecer, 4 angklung indung dan angklung bapa, 2
angklung anak; 2 buah dogdog, 2 buah terbang atau gembyung, serta 1 kecrek.
Teksnya menggunakan bahasa Sunda yang
bercampur dengan bahasa Arab. Dalam
perkembangannya sekarang digunakan pula bahasa Indonesia. Isi teks
memuat nilai-nilai Islami dan nasihat-nasihat baik, serta menurut keperluan
acara. Dalam pertunjukannya selain menyajikan lagu-lagu, disajikan pula atraksi
kesaktian, seperti mengiris tubuh dengan senjata tajam.
Lagu-lagu badeng: Lailahaileloh, Ya’ti, Kasreng,
Yautike, Lilimbungan, Solaloh.
¯
Buncis
Buncis merupakan seni pertunjukan yang bersifat
hiburan, di antaranya terdapat di Baros (Arjasari, Bandung). Pada
mulanya buncis digunakan pada acara-acara pertanian yang berhubungan dengan
padi. Tetapi pada masa sekarang buncis digunakan sebagai seni hiburan. Hal ini
berhubungan dengan semakin berubahnya pandangan masyarakat yang mulai kurang
mengindahkan hal-hal berbau kepercayaan lama. Tahun 1940-an dapat dianggap sebagai
berakhirnya fungsi ritual buncis dalam penghormatan padi, karena sejak itu
buncis berubah menjadi pertunjukan hiburan. Sejalan dengan itu tempat-tempat
penyimpanan padi pun (leuit; lumbung) mulai menghilang dari rumah-rumah
penduduk, diganti dengan tempat-tempat karung yang lebih praktis, dan mudah
dibawa ke mana-mana. Padi pun sekarang banyak yang langsung dijual, tidak
disimpan di lumbung. Dengan demikian kesenian buncis yang tadinya digunakan
untuk acara-acara ngunjal (membawa padi) tidak diperlukan lagi.
Nama kesenian buncis berkaitan dengan sebuah teks lagu
yang terkenal di kalangan rakyat, yaitu cis kacang buncis nyengcle...,
dst. Teks tersebut terdapat dalam kesenian buncis, sehingga kesenian ini
dinamakan buncis.
Instrumen yang digunakan dalam kesenian buncis adalah
2 angklung indung, 2 angklung ambrug, angklung panempas, 2 angklung pancer, 1
angklung enclok. Kemudian 3 buah dogdog, terdiri dari 1 talingtit, panembal,
dan badublag. Dalam perkembangannya kemudian ditambah dengan tarompet, kecrek,
dan goong. Angklung buncis berlaras salendro dengan lagu vokal bisa berlaras
madenda atau degung. Lagu-lagu buncis di antaranya: Badud, Buncis, Renggong,
Senggot, Jalantir, Jangjalik, Ela-ela, Mega Beureum. Sekarang lagu-lagu buncis
telah menggunakan pula lagu-lagu dari gamelan, dengan penyanyi yang tadinya
laki-laki pemain angklung, kini oleh wanita khusus untuk menyanyi.
Dari beberapa jenis musik bambu di Jawa Barat
(Angklung) di atas, adalah beberapa contoh saja tentang seni pertunjukan
angklung, yang terdiri atas: Angklung Buncis (Priangan/Bandung),
Angklung Badud (Priangan Timur/Ciamis), Angklung Bungko (Indramayu), Angklung
Gubrag (Bogor), Angklung Ciusul (Banten), Angklung Dog dog Lojor
(Sukabumi), Angklung Badeng (Malangbong, Garut), dan
Angklung Padaeng yang identik dengan Angklung Nasional dengan tangga nada
diatonis, yang dikembangkan sejak tahun 1938. Angklung khas Indonesia ini berasal dari
pengembangan angklung Sunda. Angklung Sunda yang bernada lima (salendro atau
pelog) oleh Daeng Sutigna alias Si Etjle (1908—1984) diubah nadanya menjadi tangga nada Barat
(solmisasi) sehingga dapat memainkan berbagai lagu lainnya. Hasil
pengembangannya kemudian diajarkan ke siswa-siswa sekolah dan dimainkan secara
orkestra besar.
¯
Angklung Padaeng
Untuk keterangan lebih detail
mengenai angklung ini, silakan kunjungi artikel Angklung Padaeng
Angklung padaeng adalah angklung yang dikenalkan oleh Daeng
Soetigna sejak sekitar tahun 1938. Terobosan pada angklung padaeng adalah
digunakannya laras nada Diatonik yang sesuai
dengan sistem musik barat. Dengan demikian, angklung kini dapat memainkan
lagu-lagu internasional, dan juga dapat bermain dalam Ensembel dengan alat
musik internasional lainnya.
¯
Angklung Sarinande
Angklung sarinande adalah istilah untuk angklung
padaeng yang hanya memakai nada bulat saja (tanpa nada kromatis) dengan nada
dasar C. Unit kecil angklung sarinade berisi 8 angklung (nada Do Rendah sampai
Do Tinggi), sementara sarinade plus berisi 13 angklung (nada Sol Rendah hingga
Mi Tinggi).
¯
Angklung Toel
Angklung toel diciptakan oleh Kang Yayan Udjo sekitar
tahun 2008. [1] Pada alat
ini, ada rangka setinggi pinggang dengan beberapa angklung dijejer dengan
posisi terbalik dan diberi karet. Untuk memainkannya, seorang pemain cukup
men-toel angklung tersebut, dan angklung akan bergetar beberapa saat karena
adanya karet.
¯
Angklung Sri-Murni
Angklung ini merupakan gagasan Eko Mursito Budi yang
khusus diciptakan untuk keperluan robot angklung. [2] Sesuai
namanya, satu angklung ini memakai dua atau lebih tabung suara yang nadanya
sama, sehingga akan menghasilkan nada murni (mono-tonal). Ini berbeda dengan
angklung padaeng yang multi-tonal. Dengan ide sederhana ini, robot dengan mudah
memainkan kombinasi beberapa angklung secara simultan untuk menirukan efek
angklung melodi maupun angklung akompanimen.
v
Ensemble angklung
Agar lebih kaya suaranya, angklung sebaiknya dimainkan
dengan alat musik lain membentuk ensembel. Beberapa ensembel angklung yang
sudah mapan adalah:
¯
Klasik Padaeng
Ensemble angklung klasik yang dikenalkan oleh Pak
Daeng Soetigna terdiri atas:
·
Angklung melodi
·
Angklung akompanimen
·
Bas betot
Kombinasi minimal inilah yang paling populer dan umum
dijumpai saat konser maupun lomba paduan angklung.
¯
Angklung solo
Angklung solo adalah konfigurasi dimana satu unit
angklung melodi digantung pada suatu palang sehingga bisa dimainkan satu orang
saja. Sesuai dengan konvensi nada diatonis, maka ada dua jajaran gantungan
angklung, yang bawah berisi nada penuh, sedangkan yang atas berisi nada
kromatis. Angklung Solo ini digagas oleh Yoes Roesadi tahun 1964, dan dimainkan
bersama alat musik basanova dalam group yang menamakan diri Aruba (Alunan
Rumpun Bambu). Sekitar tahun 1969, nama Aruba ini disesuaikan menjadi Arumba[3]
¯
Arumba
Arumba adalah istilah bagi seperangkat alat musik
(ensemble) yang minimal terdiri atas: [4]
·
Satu unit angklung melodi, digantung sehingga bisa
dimainkan oleh satu orang
·
Satu unit bass lodong, juga dijejer agar bisa dimainkan
satu orang
·
Gambang bambu melodi
·
Gambang bambu akompanimen
·
Gendang
Konfigurasi awal ensemble tersebut diperkenalkan oleh
Mochamad Burhan sekitar tahun 1966, yang menggunakannya bersama grup
"Arumba Cirebon" [5].
v
Teknik permainan angklung
Memainkan sebuah angklung sangat mudah. Seseorang
tinggal memegang rangkanya pada salah satu tangan (biasanya tangan kiri)
sehingga angklung tergantung bebas, sementara tangan lainnya (biasanya tangan
kanan) menggoyangnya hingga berbunyi. Dalam hal ini, ada tiga teknik dasar
menggoyang angklung:
·
Kurulung (getar), merupakan teknik paling umum dipakai, dimana
tangan kanan memegang tabung dasar dan menggetarkan ke kiri-kanan berkali-kali
selama nada ingin dimainkan.
·
Centok (sentak), adalah teknik dimana tabung dasar ditarik
dengan cepat oleh jari ke telapak tangan kanan, sehingga angklung akan berbunyi
sekali saja (stacato).
·
Tengkep, mirip seperti kurulung namun salah satu tabung
ditahan tidak ikut bergetar. Pada angklung melodi, teknik ini menyebabkan
angklung mengeluarka nada murni (satu nada melodi saja, tidak dua seperti
biasanya). Sementara itu pada angklung akompanimen mayor, teknik ini digunakan
untuk memainkan akord mayor (3 nada), sebab bila tidak ditengkep yang
termainkan adalah akord dominan septim (4 nada).
Sementara itu untuk memainkan satu unit angklung guna
membawakan suatu lagu, akan diperlukan banyak pemusik yang dipimpin oleh
seorang konduktor. Pada setiap pemusik akan dibagikan satu hingga empat
angklung dengan nada berbeda-beda. Kemudian sang konduktor akan menyiapkan
partitur lagu, dengan tulisan untaian nada-nada yang harus dimainkan. Konduktor
akan memberi aba-aba, dan masing-masing pemusik harus memainkan angklungnya
dengan tepat sesuai nada dan lama ketukan yang diminta konduktor. Dalam
memainkan lagu ini para pemain juga harus memperhatikan teknik sinambung,
yaitu nada yang sedang berbunyi hanya boleh dihentikan segera setelah nada
berikutnya mulai berbunyi.
v
Berlatih Angklung
Angklung akan terdengar merdu dan megah jika dimainkan
beramai-ramai dengan kompak. Untuk itu, diperlukan persiapan dan latihan yang
cukup panjang, dipimpin pelatih yang cukup punya pemahaman musik umum maupun
angklung. Tahap-tahap persiapannya adalah:
1.
Pilih lagu dengan aransemennya. Lagu yang cocok
dimainkan dengan angklung umumnya yang berirama riang, dan jika bisa ada bagian
yang rancak, sehingga bisa diimprovisasi dengan teknik centok. Lagu ini
kemudian perlu diaransemen khusus untuk angklung, dengan memiliki beberapa
suara. Untuk latihan, aransemen ini kemudian ditulis di kertas yang besar
(biasanya dalam notasi not angka).
2.
Siapkan unit angklung sesuai aransemen. Dari aransemen
angklung, bisa diketahui berapa angklung yang diperlukan berdasar rentang nada
lagu dan keseimbangan intonasinya.
3.
Kumpulkan pemain dan distribusikan angklung kepada
mereka. Jika ada pemain yang memegang banyak angklung, harus diperhatikan agar
si pemain tersebut tidak akan pernah memainkan dua angklung pada saat
bersamaan. Untuk itu biasanya dipakai tabel tonjur.
4.
Pemanasan. Sebelum berlatih, sebaiknya lemaskan dulu
kaki dan tangan, lalu lakukan gerakan-gerakan dasar untuk kurulung maupun
centok bersama-sama.
5.
Mempelajari lagu. Bersama-sama, pelajari dan telusuri
alur lagu, mana bait-bait dan chorus yang harus diulang. Perlahan-lahan mainkan
lagu ini dibawah pimpinan konduktor. Disarankan agar selama latihan awal semua
nada di-centok saja, jangan dikurulung dulu.
6.
Menghafal not. Perlahan-lahan para pemain diminta
menghafal not-not lagu dan bagian permainannya.
7.
Meningkatkan teknik. Ini tahap polesan akhir, dimana
konduktor bisa mulai memimpin dengan menekankan keserempakan permainan,
dinamika, maupun penjiwaan.
8.
Koreografi. Jika akan tampil dipentas, bisa mulai
dipikirkan improvisasi agar para pemain melakukan gerakan yang menarik, tidak
berdiri kaku terus menerus.
v
Angklung interaktif
Angklung interaktif adalah kegiatan dimana seorang
konduktor mengajak banyak orang, yang umumnya awam, untuk bermain angklung
beramai-ramai [6]. Kegiatan
ini bisa dilakukan di tempat pariwisata atau acara ramah tamah. Pada para
peserta akan dibagikan angklung-angklung yang sudah diberi nomor sesuai
nadanya. Lalu, sang konduktor akan memimpin, biasanya dengan cara:
1.
Konduktor membuka satu layar besar bertuliskan lagu
dalam not angka, lalu mengajak para peserta memainkan angklung yang tepat
dengan menunjuk nada pada layar.
2.
Konduktor mengajarkan isyarat tangan untuk nada-nada
tertentu pada penonton, kemudian memimpin suatu lagu dengan memberikan isyarat
yang tepat secara berurutan untuk diikuti para peserta. Isyarat tangan ini
di-adaptasi oleh Mang Udjo, berdasar isyarat yang dikembangkan oleh John Curwen.
3.
Sebelumnya, Pak Daeng Soetigna menggunakan isyarat
gambar binatang untuk melatih anak-anak TK.[7]
v
Modernisasi angklung
Secara esensial, angklung adalah alat musik bambu yang
dimainkan dengan digetar. Hal tersebut tidak boleh diubah. Meski demikian,
berbagai upaya kreatif untuk memodernisasinya terus berlangsung, seperti:
·
Klungbot, robot angklung yang mula-mula dikreasi oleh
Krisna Diastama dan Karismanto Rahmadika, kemudian dilanjutkan oleh Eko Mursito
Budi.
3.
Sasando
Sasando adalah sebuah alat instrumen petik musik. Instumen musik ini berasal
dari pulau Rote, Nusa Tenggara Timur. Secara harfiah nama
Sasando menurut asal katanya dalam bahasa Rote, sasandu, yang artinya alat yang
bergetar atau berbunyi. Konon sasando digunakan di kalangan masyarakat Rote sejak
abad ke-7. Bentuk sasando ada miripnya dengan instrumen petik lainnya seperti
gitar, biola dan kecapi.
Bagian utama sasando berbentuk
tabung panjang yang biasa terbuat dari bambu. Lalu pada bagian tengah,
melingkar dari atas ke bawah diberi ganjalan-ganjalan di mana senar-senar
(dawai-dawai) yang direntangkan di tabung, dari atas kebawah bertumpu.
Ganjalan-ganjalan ini memberikan nada yang berbeda-beda kepada setiap petikan
senar. Lalu tabung sasando ini ditaruh dalam sebuah wadah yang terbuat dari semacam
anyaman daun lontar yang dibuat seperti kipas. Wadah ini merupakan tempat
resonansi sasando.[1]
1. Gitar
Gitar adalah sebuah alat musik
berdawai yang dimainkan dengan cara dipetik, umumnya menggunakan jari maupun
plektrum. Gitar terbentuk atas sebuah bagian tubuh pokok dengan bagian leher
yang padat sebagai tempat senar yang umumnya berjumlah enam didempetkan. Gitar
secara tradisional dibentuk dari berbagai jenis kayu dengan senar yang terbuat
dari nilon maupun baja. Beberapa gitar modern dibuat dari material
polikarbonat. Secara umum, gitar terbagi atas 2 jenis: akustik dan elektrik.
Gitar akustik, dengan bagian badannya yang berlubang (hollow body), telah digunakan selama ribuan tahun. Terdapat tiga jenis utama gitar akustik modern: gitar akustik senar-nilon, gitar akustik senar-baja, dan gitar archtop. Gitar klasik umumnya dimainkan sebagai instrumen solo menggunakan teknik fingerpicking komprehensif.
Gitar elektrik, diperkenalkan pada tahun 1930an, bergantung pada penguat yang secara elektronik mampu memanipulasi bunyi gitar. Pada permulaan penggunaannya, gitar elektrik menggunakan badan berlubang (hollow body), namun kemudian penggunaan badan padat (solid body) dirasa lebih sesuai. Gitar elektrik terkenal luas sebagai instrumen utama pada berbagai genre musik seperti blues, country, reggae, jazz, metal, rock, dan berbagai bentuk musik pop.
Gitar akustik, dengan bagian badannya yang berlubang (hollow body), telah digunakan selama ribuan tahun. Terdapat tiga jenis utama gitar akustik modern: gitar akustik senar-nilon, gitar akustik senar-baja, dan gitar archtop. Gitar klasik umumnya dimainkan sebagai instrumen solo menggunakan teknik fingerpicking komprehensif.
Gitar elektrik, diperkenalkan pada tahun 1930an, bergantung pada penguat yang secara elektronik mampu memanipulasi bunyi gitar. Pada permulaan penggunaannya, gitar elektrik menggunakan badan berlubang (hollow body), namun kemudian penggunaan badan padat (solid body) dirasa lebih sesuai. Gitar elektrik terkenal luas sebagai instrumen utama pada berbagai genre musik seperti blues, country, reggae, jazz, metal, rock, dan berbagai bentuk musik pop.
2. Piano
Pada saat awal-awal diciptakan, suara piano tidak
sekeras piano abad XX-an, seperti piano yang dibuat oleh Bartolomeo
Cristofori (1655 – 1731) buatan 1720. Pasalnya, tegangan senar piano kala itu tidak sekuat
sekarang. Kini piano itu dipajang di Metropolitan Museum of Art di New York.
Meskipun siapa penemu pertama piano, yang awalnya
dijuluki gravecembalo col piano e forte (harpsichord dengan papan tuts lembut dan
bersuara keras), masih menjadi perdebatan, banyak orang mengakui, Bartolomeo
Cristofori sebagai penciptanya. Piano juga bukan alat musik pertama yang
menggunakan papan tuts dan bekerja dengan dipukul. Alat musik berprinsip kerja
mirip piano telah ada sejak 1440.
Piano sendiri lahir dari keinginan untuk menggabungkan
keindahan nada clavichord dengan
kekuatan harpsichord. Hasrat itu mendorong Marius dari Paris (1716), Schroter dari Saxony(1717), dan Christofori (1720) dari Padua, Italia, untuk membuat piano. Namun, hasil
utuh dan lengkap cuma ditunjukkan Bartolomeo Christofori. Dari piano ciptaan
pemelihara harpsichord dan spinet (harpsichord kecil) di Istana Florentine - kediaman Pangeran Ferdinand de’Medici ==> piano
3. Drum
Drum adalah kelompok alat musik perkusi yang
terdiri dari kulit yang direntangkan dan dipukul dengan tangan atau
sebuah batang. Selain kulit, drum juga digunakan dari bahan lain, misalnyaplastik. Drum
terdapat di seluruh dunia dan memiliki banyak jenis, misalnya kendang, timpani,Bodhrán, Ashiko, snare drum, bass drum, tom-tom, beduk, dan lain-lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar